Rabu, 05 November 2008

LINGKAR

Adalah sekaa demen (kelompok bermain) seni rupa, yang berangotakan enam orang. Lingkar merupakan garis yang mengelilingi sesuatu,lingkar disini bukanlah lingkaran yang tertutup dan sempit,melainkan lingkaran yang terbuka luas mencari dimana?,apa?, dan bagaimana?kemungkinan yang mungkin terjadi. Format, tempat dan ruang bukanlah batasan berkreasi, justru terbatasnya tempat dan ruang untuk merangsang impuls-impuls yang terpendam.

Kelompok Lingkar terdiri dari enam orang perupa alumnus FSR ISI Jogjakarta, Sudarna Putra(nano), Wayan Wirawan(yancut), Gede Suanda(sayur), Dewa Jodi Saputra(Jo), Putu Suardana(vije), Kadek Suadnyana(pektif) pandangan dan sikap berkesenianlah yang membuat mereka berada dalam satu muara seni LINGKAR.

Setiap perupa pasti memiliki kegelisahan kreasi yang luas bahkan tak berujung, saat itulah kita membutuhkan sebuah tempat“ruang”diskusi, ngobrol kangin kauh,cur-hat atau apalah namanya, yang jelas disana kita ngobrol membicarakan sesuatu sambil minum the, kopi yang ditemani kacang kulit . Pertemuan seperti itu hampir setiap minggu kita adakan .Tempatnyapun bisa berpindah- pindah, tidak mesti di satu tempat. kadang- kadang sering infrup untuk menentukan tempat ngumpul, yang penting nyaman untuk kita. Keadaan keluarga dan kesibukan lain yang sangat membosankan sempat membuat acara minum teh itu jeda, padahal kesadaran untuk membuat suatu kelompok sudah ada sejak awal 2006 , atau satu setengah tahun yang lalu.Gagasanya jadi kembang kempis seiring kesibukan masing-masing, kemudian pertengahan 2008 acara minum teh dan ngopi bareng kami aktifkan lagi.Saat itu teh dan kopi terasa lebih hangat ketika salah seorang dari anggota kita menawarkan sebuah tempat untuk eksplorasi seni yang “bebas”.pembicaraanpun mulai mengacu pada kegiatan yang mengerucut pada suatu Tema.

Setelah diramu dengan pandangan dan sikap berkesenian yang harmony dan seirama kemudian kami tuangkan ke dalam satu wadah seni LINGKAR,maka kelompok lingkar mengalirkan tujuan menyampaikan sesuatu dengan seni, dengan media, ruang dan tempat yang tak terbatas.Dalam hal ini kesenangan menjadi alasan berkarya,”kebebasan” adalah cara ungkapnya. Dengan kelompok lingkar, suara, sikap dan pandangan kami akan lebih kuat dan jelas pada sasaranya.

Visi dan misi kelompok lingkar adalah bergerak melingkar keluar dari pusaran, untuk menggali kemungkinan-kemungkinan, gagasan, visual dan format event yang lebih segar, berdasarkan kerja adalah CINTA yang mewujud.

Kegiatan pertama diawali minum bir sambil nyeket bersama pada18 Agustus 2008 dimana hari itu kami anggap sebagai berdirinya kelompok LINGKAR.

Karya-karya kegiatan yang pertama itu kami abadikan dalam bentuk kaos, kemudian dijual sebagai bazaar keliling, hasilnya digunakan untuk event selanjutnya.

“Homo luden”adalah tema pameran kami yang ke dua. Homo luden adalah mahluk yang bermain,dengan bermain kita bisa senang.

Yang bertanda tangan di bawah ini;

LINGKAR

Pengantar

LINGKAR(AN) KREATIVITAS PARA LUDENS

Salah satu karakter dasar manusia yang menarik adalah kemampuannya untuk bermain-main dan mengkonstruksi sebuah permainan sebagai ruang relaksasi otak, tubuh, dan jiwa. Bermain-main pun menjadi aktivitas keseharian yang fundamental dan kerap kali mendasari pembelajaran akan banyak hal dalam kehidupan ini.

Saat manusia kemudian bermain-main, berinteraksi dan bergembira pada tataran yang sejajar dengan kemampuannya mengolah, memahami serta merespon fenomena maka mengalirlah kreativitas yang alami, dewasa dan merangsang pemikiran kritis akan permasalahan-permasalahan disekitar kita..

Aspek tersebut nampak disadari sepenuhnya oleh kelompok (se)permainan Lingkar yang beranggotakan enam perupa alumnus FSR ISI Jogjakarta yaitu Sudarna Putra (Nano), Wayan Wirawan (Yancut), Gede Suanda (Sayur), Dewa Jodi Saputra (Jo), Putu Suardana (Vije), dan Kadek Suadnyana (Pektif); yang kesemuanya tampil all out dalam eksibisi Homo Luden ini.

Kehadiran mereka sebagai sebuah sekaa demen (terminologi dalam bahasa Bali yang merujuk pada asosiasi longgar yang terbentuk semata-mata karena rasa suka yang sama dan bukannya karena motif atau aspirasi “besar”) seni rupa tentu tidak hanya berikhtiar merayakan indahnya kebersamaan dan keberagaman, namun lebih sebagai proses kesenirupaan yang berpendar melingkar keluar dari pusaran sembari memberi indikasi tentang derasnya perlawanan mereka terhadap personal inertia; ketidakberdayaan menegasi bujukan dan padatnya rutinitas sosial yang wajib dipertanyakan dan direnungkan kembali.

Renungan kritis itu lanjut dipertegas dalam Homo Luden melalui sosok karya-karya tri-matra yang menstimulasi apresiasi seluruh indria. Ekspresi visual yang tertebar dan melebur dalam batasan ruang dan waktu membujuk kita untuk memusatkan perhatian lebih tajam terhadap keniscayaan the bigger picture dalam kehidupan. Ada nuansa yang menggelitik kalbu saat menyimak kegigihan para perupa muda Lingkar “bermain” dalam ranah eksplorasi ini.

Homo Luden pun tak hanya sekedar berkelakar dan bermain-main dalam merespon segala kegalauan yang entah mereka sadari maupun tidak. Ada pergulatan tematik yang menjembatani dunia tradisi dan moderen dalam bingkai continuity and change. Sebagai ilustrasi, ada keinginan untuk mempertanyakan posisi dan relevansi tekor daun pada dunia di mana pop-corn jauh lebih menarik dari bubuh, sekaligus ada upaya untuk menempatkan kedua hal itu dalam posisi yang saling melengkapi dan saling berinteraksi.

Homo Luden mengungkapkan kekhawatiran akan hilangnya tradisionalitas, dan sekaligus adanya pendar harapan bahwa the true modernity merupakan kesinambungan dan sekaligus gabungan masa lalu dan masa kini.

Karya-karya para Ludens ini juga mumpuni akibat polah mereka “memainkan” hal-hal yang berkarakter serius layaknya sebuah toy; mainan. Isu-isu seperti kemandirian, ketidakpuasan, capitalisme, konsumerisme, ketidakmampuan mengontrol ego pikiran, nabi-nabi palsu bermanifestasi pada karya-karya yang pastinya akan memicu sebuah dialog kritis antara para pencipta dengan para penikmatnya.

Eksibisi ini merupakan bukti nyata bahwa “bermain-main” dan “permainan” merupakan respon efektif terhadap sebuah dunia nyata rutinitas yang kian predictable, makin tertata serta kian teratur, sehingga cenderung menumpulkan kemampuan bernalar dan bertanya para penghuninya.

Mari larut dalam permainan para Ludens,

I Made Bandem

College of the Holy Cross

Worcester, MA 01610 USA

SUDARNA PUTRA( NANO)

EXPLORING THE HAVEN
Mixed Media
2008




I WAYAN WIRAWAN ( YANCUT)

“SIRAMAN ROHANI DI KAMAR MANDI”

Mixed Media
2008








Kamar mandi adalah ruang kosong yang berisi,ialah ruang sempit tanpa batas,bagi saya kamar mandi adalah ruang imajinasi,bahwa di kamar mandi itu apapun bisa terjadi,

Dari renungan spiritual sampai onani

Dari fantasi jongkok hingga imajinasi liar,

Bahkan dari dendangan merdu sampai bunuh diri.Semua bisa terjadi diruang sempit itu,lalu apa yang terjadi di kamar mandi anda dan saya?

Kini saya mengajak anda merenung di kamar mandi saya, sekaligus mempertanyakan bahwa belakangan ini banyak muncul guru-guru spiritual di televisi semestinya kelakuan dan tingkah laku masyarakat lebih baik,tetapi kenyataanya masyarakat tambah beringas, anak muda semakin terjerumus ke wilayah hitam, tokoh-tokoh agama pikiranya semakin picik,memandan agama lain selain agamanya salah,seolah agamanya yang paling hebat,apakah benar siraman rohani membuat dunia jadi damai?

Apakah benar orang yang tidak beragama lebih nista?atau siraman rohani hanya ajang mencari massa pendukung demi kepentingan tertentu?

I GEDE SUANDA ( SAYUR )

Dimana Kau Ibu

Mixed Media
2008







Aku Merasa cemas, khawatir, bingung, tidak nyaman tercanpur amarah yang luar biasa ketika tidak hadirnya sosok ibu. Ibu adalah segalanya, tanpa ibu segala hal dan bentuk kehidupan akan terasa sia-sia serta semuanya menjadi percuma. Tidak aka ada sesuatu apapun yang dapat mengantikan samg ibu.

Untuk wujud dari ide diatas seniman memilih sutu yang kemudian ruangan tersebut dijadikan kamar bayi. Dalam kamar bayi itu akan di display mainan-mainan serta perlengkaqpan alalt-alat bayi untuk dijadikan ikon dari perasaaan sang bayi. Teknik pemajangan yan disusun secara berantakan, berhamburan dengan suasana yang gelap serta sentuhan lighting panas akan menjadi pilihan faporit seniman.

DEWA JODI SAPUTRA ( JO)

“KOLABORASI DUA PRODUK”

Mixed Media
2008







Dalam karya ini saya ingin mengungkapkan sebuah kenyamanan yang dacapai melalui penggabungan antara dua produk manusia yang berlainan budaya, dan menjadi suatu kejadian yang dianggap wajar. Hal semacam ini sering kita jumpai dan lakoni dalam kehidupan kita sehari-hari seiring dengan berjalannya waktu dan tehnologi yang semakin berkembang.

Visual karya saya berupa sebuah patung manusia yang terbuat dari kawat besi yang sedang bermandikan pop corn didalam bak mandi.

Dalam karya ini saya ingin berinteraksi dengan pengunjung yang dating dengan mengajak mereka untuk mencoba menikmati pop corn mempergunakan wadah yangterbuat dari daun pisang (tekor)hal ini dilakukan supaya pengunjung dapat merasakan sebuah penggabungan dari dua produk, antara produk barat yang berupa pop corn dan produk timur yang berupa tekor.

I PUTU SUARDANA ( Vije)

Batin dan Badan Jasmani
mixed media
2008





Segala sesuatu yang hendak kita kerjakan bersumber dari pikiran, dan tidak bisa dipungkiri lagi dari pikiranlah inti persoalannya. Suka - duka, positif - negatif, sederhana – komplek semua pekerjaan pikiran. Adakalanya pikiran menjadi sangat berbahaya bila dia mampu menguasai diri kita, sebaliknya menjadi pembantu bila kita bisa menguasainya.

Untuk mewujudkan ide dia atas saya mengungkapkannya dengan patung monyet (pikiran) yang berada di atas perahu ,dari psikologinya monyet binatang yang lincah gesit meloncat kesana kemari. Perahu dalam hal ini sebagai badan/tubuh. Dalam pemajangannya perahu akan di gantung dan disekitarnya akan digantung pula wan yang terbuat dari dakron, sehingga perahu akan kelihatan melayang layang di udara .seperti halnya pikiran yang sedang membawa tubuh kita untuk mencari sebuah tujuan.

I KADEK SUADNYANA

STREET FIGHTER
motion & print
2008









Uang......................................................uang................................................